Foto: Carian Google
Cerita ini antara kisah
motivasi yang saya simpan dalam 'folder motivasi' saya untuk dijadikan
panduan dan peringatan. Semoga kita boleh mengambil pengajaran dan manfaat dari
mesej yang tersirat di sebalik kisah ini.
Seorang guru wanita sedang bersemangat mengajarkan sesuatu kepada murid-muridnya. Ia duduk menghadap murid-muridnya. Di tangan kirinya ada kapur, di tangan kanannya ada pemadam. Guru itu berkata, "Saya ada satu permainan...Caranya begini, ditangan kiri saya ada kapur, di tangan kanan ada pemadam. Jika saya angkat kapur ini, maka berserulah "Kapur!", jika saya angkat pemadam ini, maka katalah "Pemadam!"
Murid muridnya pun
mengerti dan mengikuti. Guru berganti-gantian mengangkat antara kanan
dan kiri tangannya, semakin lama semakin cepat. Beberapa saat kemudian guru kembali
berkata, "Baik sekarang perhatikan. Jika saya angkat kapur, maka sebutlah
"Pemadam!", jika saya angkatpemadam, maka katakanlah
"Kapur!". Dan diulangkan seperti tadi, tentu saja murid-murid tadi keliru dan kekok, dan
sangat sukar untuk mengubahnya. Namun lambat laun, mereka sudah biasa dan
tidak lagi kekok. Selang beberapa saat, permainan berhenti.
Sang guru tersenyum
kepada murid-muridnya. "Murid-murid, begitulah kita umat Islam. Mulanya yang
haq itu haq, yang bathil itu bathil. Kita begitu jelas membezakannya. Namun
kemudian, musuh musuh kita memaksakan kepada kita dengan perbagai cara, untuk
menukarkan sesuatu, dari yang haq menjadi bathil, dan sebaliknya. Pertama-tama
mungkin akan sukar bagi kita menerima hal
tersebut, tapi kerana terus disosialisasikan dengan cara-cara menarik oleh mereka, akhirnya lambat laun kamu
akan terbiasa dengan hal itu. Dan anda
mulai dapat mengikutinya. Musuh-musuh kamu tidak pernah berhenti membalik dan menukar nilai dan ketika.
"Keluar berduaan,
berkasih-kasihan tidak lagi sesuatu yang pelik, Zina tidak lagi jadi
persoalan, pakaian seksi menjadi hal yang lumrah, tanpa rasa malu, sex sebelum nikah menjadi suatu
kebiasaan dan trend, hiburan yang
asyik dan panjang sehingga melupakan yang wajib adalah biasa,materialistik kini
menjadi suatu gaya hidup dan lain lain." "Semuanya sudah terbalik. Dan tanpa disedari, anda
sedikit demi sedikit menerimanya tanpa
rasa ia satu kesalahan dan kemaksiatan. Paham?" tanya Guru kepada murid-muridnya. "Paham cikgu..."
"Baik permainan kedua..." begitu
Guru melanjutkan.
"Cikgu ada
Qur'an,cikgu akan letakkannya di tengah karpet. Sekarang anda berdiri diluar karpet.
Permainannya adalah, bagaimana caranya mengambil Qur'an yang ada ditengah tanpa memijak
karpet?"
Murid-muridnya berfikir
. Ada yang mencuba alternatif dengan tongkat,dan lain-lain.
Akhirnya Guru memberikan
jalan keluar, digulungnya karpet, dan ia ambil Qur'an. Ia memenuhi
syarat, tidak memijak karpet."Murid-murid, begitulah ummat Islam dan musuh-musuhnya.
..Musuh-musuh Islam tidak akan memijak-mijak anda dengan terang-terang.
..Kerana tentu anda akan menolaknya mentah mentah. Orang biasapun tak akan rela
kalau Islam dihina dihadapan mereka. Tapi mereka akan menggulung anda
perlahan-lahan dari pinggir, sehingga anda tidak sadar.
"Jika seseorang
ingin membuat rumah yang kuat, maka dibina tapak yang kuat. Begitulah Islam,
jika ingin kuat, maka bangunlah aqidah yang kuat. Sebaliknya, jika ingin membongkar rumah,
tentu susah kalau dimulai dgn tapaknya
dulu, tentu saja hiasan-hiasan dinding akan dikeluarkan dulu,kerusi dipindahkan dulu, Almari
dibuang dulu satu persatu, baru rumah dihancurkan.
.."
"Begitulah
musuh-musuh Islam menghancurkan kita. Ia tidak akan menghentam terang-terangan, tapi ia
akan perlahan-lahan meletihkan anda. Mulai dari perangai anda, cara hidup, pakaian dan
lain-lain, sehingga meskipun anda muslim,
tapi anda telah meninggalkan ajaran Islam dan mengikuti cara yang mereka... Dan itulah yang mereka
inginkan." "Ini semua adalah fenomena Ghazwul Fikri (Perang Pemikiran). Dan
inilah yang dijalankan oleh musuh-musuh
kita... "
"Kenapa mereka
tidak berani terang-terang memijak-mijak cikgu?" Tanya murid- murid.
"Sesungguhnya
dahulu mereka terang-terang menyerang, misalnya Perang Salib, Perang Tartar,
dan lain-lain. Tapi sekarang tidak lagi." "Begitulah Islam... Kalau diserang perlahan-lahan,
mereka tidak akan sedar, akhirnya hancur.
Tapi kalau diserang serentak terang-terangan, mereka akan bangkit serentak, baru mereka akan
sadar".
"Kalau begitu, kita
selesaikan pelajaran kita kali ini, dan mari kita berdoa dahulu sebelum
pulang..." Matahari bersinar terik takala anak-anak itu keluar meninggalkan tempat belajar
mereka dengan pikiran masing-masing di kepalanya...
No comments:
Post a Comment